Halaman

Senin, 02 April 2012

SEJARAH TAMBUN BUNGAI

oleh KOMUNITAS MANDAU TALAWANG DAYAK BORNEO pada 11 Maret 2012 pukul 4:47 ·
Tambun Bungai adalah nama dwitunggal pahlawan yang sangat terkenal dalam sejarah purbakala suku Dayak Kalimantan. Yaitu si Tambun dan Bungai.

Sejarah purbakala ditanah Dayak yang bernama "TETEK TATUM" (ratap tangis sejati) selalu menuturkan cerita kepahlawanan Tambun dan Bungai itu.

Pada jaman dahulu kala ada 3 orang pahlawan pedalaman Kalimantan, masing2 bernama LAMBUNG atau MAHARAJA BUNU, LANTING atau MAHARAJA SANGEN, dan KARANGKANG AMBAN PENYANG atau MAHARAJA SANGIANG. Mereka itu ketiganya tinggal mendiami lembah sungai Kahayan ditengah2 pulau Kalimantan. Hidup mereka dari memungut hasil hutan dan bertani.

Adapun si Lambung alias Maharaja Bunu mempunyai 5 orang anak. Dua diantaranya bernama Tumenggung Sampung dan Tumenggung Saropoi.

Tumenggung Sampung yang kawin dengan Nyai Endas, kemudian melahirkan 8 orang anak. Seorang diantara anak2nya itu terkenal gagah berani, yaitu si Bungai. Begitupun juga saudara ayahnya Bungai, Tumenggung Saropoi melahirkan pula satu diantara anak2nya yang bernama si Tambun.

Sejak mas kanak2nya si Bungai memiliki paras tampan. Tetapi ia juga bersifat berani dan tak mudah berputus asa. Keras kemauan dan besar cita2nya. Banyak tingkah laku anak ini yang berlainan dari anak2 biasa.

Oleh karena serba keganjilan itulah maka ibu bapaknya mempunyai kepercayaan bahwa didalam tubuh si Bungai yang kecil itu pasti ada tersimpan kekuatan gaib dari dewa2. Maka untuk menguji benar tidaknya kepercayaan itu, pernah kanak2 si Bungai ini digantung ayahnya dipuncak kayu yang tinggi didalam sebuah rimba belantara selama 7 hari 7 malam. Juga ia dibuaikan disebuah teluk yang dalam airnya selama 7 hari 7 malam pula. Tidak diberi makan minum sedikitpun. Namun si Bungai kecil tetap segar bugar.

Adapun saudara sepupunya yang bernama si Tambun, juga demikian. Kedua anak ini hidup laksana kembar yang tak mau dipisah2kan.

Jika berkelahi seorang, mereka berkelahi keduanya. Jika bersedih hati si Bungai, juga si Tambun ikut berdukacita. Dalam suka duka masa kanak2annya, mereka menemui banyak keanehan dan keganjilan.

Mereka memiliki sifat watak yang cerdas, lemah lembut, peramah, suka menolong sesama, sedikit memerima banyak memberi, cepat kaki ringan tangan, bijaksana, tetapi pantang menyerah untuk membela kebenaran.

Keduanya seperti satu jiwa dalam dua badan, yang memiliki sifat2 kepemimpinan.

Karena itulah ia disayangi dan disegani oleh penduduk daerahnya. Sesuai benar deng peribahasa Dayak yang berbunyi "BAKENA MAMUT MENTENG" (tampan, sopan santun dan gagah perkasa).

PERJUANGANNYA

Dalam beberapa kali peperangan melawan musuh dari suku lain yang ingin menguasai daerah mereka, si Tambun dan si Bungai selalu mendapatkan kemenangan. Mereka menang oleh karena selalu mambela kebenaran dan keadilan.

Seorang kakaknya Bungai yang menjadi raja di Pematang Sawang, Pulau Kupang, bernama Nyai Undang, pada suatu hari diserang oleh musuh dari suku lain. Sebanyak 1000 orang tentara mengepung dari jurusan utara dan selatan, lengkap dengan persenjataan dan perbekalan. Kedudukan Nyai Undang terancam bahaya.

Akan tetapi dengan suatu kerjasama yang erat, berkat keberanian dan keperkasaannya pahlawan2 Tambun dan Bungai, maka serangan musuh yang besar itu dapat dilawan dan dipatahkan oleh mereka. Dengan demikian, seluruh pasukan musuh dapat dihalaukan dari wilayah Pematang Sawang Pulau Kupang, dan negeripun amanlah sudah. Nyai Undang sangat berterima kasih kepada adik dan sepupunya itu.

Maka sejak itulah masing2 mendapat gelar "Tumenggung Tambun Terjung Ringkin Duhung" dan "Tumenggung Bungai Andin Sindai".

Adapun yang disebutkan daerah Pematang Sawang Pulau Kupang itu ialah kota "BATAGUH", letaknya tidak jauh dari Kuala Kapuas, ibukota kabupaten Kapuas sekarang.

SAATNYA YANG AKHIR

Setelah dwitunggal Tambun-Bungai banyak memberi dharma dan jasanya bagi tanah air, dan sewaktu usianya telah semakin lanjut, merekapun tinggal menetap di Tumbang Pajangei. Tumbang Pajangei terletak disebelah utara kota Kuala Kurun ibukota kabupaten Gunung Mas sekarang (Kahayan hulu).

Bersama dengan istrinya masing2, yaitu Tumenggvng Tambun beristri Puteri Karin Likon Lanting, dan Tumenggung Bungai beristri dengan Puteri Bulan Bawin Pulang, disana mereka melanjutkan hidup dan menjalani hari2 tuanya, sampai meninggal.

Dari dwitunggal Tambun-Bungai inilah banyak turunan pahlawan2 suku Dayak kemudia.

Disalin dari buku: ORANG-ORANG TERKEMUKA DALAM SEJARAH KALIMANTAN
Disusun oleh: Anggaraini Antemas
Diterbitkan di: Banjarmasin, 1 Oktober 1971


4 komentar:

  1. Hormat dan bangga memiliki Datuk Buyut dan persaudaraan Tambun dan Bungai.

    BalasHapus
  2. Sanang kea angat pangkeme ku terimakasih tambun bungai

    BalasHapus